Umroh Dari Warung Padang Part 2 (Rencana & Persiapan)
Hasil cakap-cakap dengan Kuswantoro
lewat facebook membuat hati bertanya pada diri sendiri. Kenapa aku tak
coba umroh backpacker? Bukankah aku bisa menginap di asrama Kuswantoro
yang sedang kuliah di Jeddah? Waktu itu aku pikir Jeddah-Mekkah dekat
sekali. Jadi jika ada bus, tentu bisa pakai bus saja bolak-balik. Kalau
tak sempat, aku bisa menginap di Masjidil Haram. Umroh backpacker cukup
seksi, menarik, membangkitkan gelora terpendam dalam hati, gejolak jiwa
muda yang selalu ingin berpetualang. “Oke deh. Aku harus coba!” begitu
tekad dipekikkan dalam hati.
Aku mencari informasi lengkap tentang umroh backpacker. Mulai dari searching artikel di internet, beli buku lewat online, sampai hunting
buku murah di Blok M Square, semua dijalani. Tujuannya hanya satu,
ingin paham ilmu umroh dan haji secara menyeluruh. Niat dasarnya adalah
ingin belajar lagi. Ada beberapa buku acuan yang dibaca. Diantaranya,
Umroh Backpacker 1 & 2 oleh Aguk Irawan, Orang Batak Naik Haji oleh
Baharuddin Aritonang, dan Makna Haji karangan Ali Syariati. Menariknya,
saat proses mencari buku di Blok M Square, aku bertemu bapak-bapak
berumur 50-an tahun. Namanya Mongisidi. Ia mantan anggota DPRD di suatu
daerah di pulau Kalimantan. Saat ini ia jualan buku Islam di Blok M
Square lantai dasar. Ia punya pertanyaan menarik padaku.
“Mengapa cari buku umroh/haji?” tanyanya.
“Saya ingin berangkat umroh, Insya Allah
pak!” jawabku mantap. Padahal waktu itu, aku belum tahu pasti, kapan
berangkatnya karena belum siap secara finansial. Hanya keyakinan dalam
hati yang terpendam yang membuat mulut keceplosan bicara.
“Mengapa berangkat umroh/haji? Mendingan
uangnya buat panti asuhan, buat wakaf. Pahalanya lebih besar,” ujarnya
membuka perdebatan.
“Memang sih pak, pahala wakaf bisa kekal
abadi. Tapi umroh itu, ibadah pribadi yang mengasah kesalehan pribadi
kita,” jawabku singkat.
“Dek, coba
adek kalkulasi pahalanya. Besaran mana antara haji/umroh dengan wakaf.
Allah itu memberi kita akal, agar bisa menghitung lho. Kalau adek umroh
atau haji, tapi saudaranya atau tetangganya sulit makan, adek berdosa
lho. Itulah alasan saya dari dulu tidak pergi umroh atau haji,” urainya
memancing perang argumen.
Saat itu aku agak berang dalam hati.
Pikirku, memang sih, Allah kasih akal untuk mikir. Tapi jika aku memilih
umroh daripada wakaf ke lembaga tertentu, apakah salah? Tidak kan?
Bukan berarti aku juga tidak melalui proses “berpikir” kan? Toh, tiap
bulan aku juga mengeluarkan dan membersihkan hartaku melalui zakat
profesi. Tetanggaku juga tidak ada yang kelaparan. Kalau aku memilih
umroh sebagai sarana mengasah kesalehan pribadi, lalu setelah pulang
dari sana, baru bergiat mengasah kesalehan sosial, seharusnya tak
masalah bukan? Aku sewot.
“Makanya saya tidak berangkat umroh atau
haji dari dulu karena alasan itu dek. Saya sekarang berjuang untuk ummat
lewat buku Islam,” katanya.
Hatiku panas. Niat tulusku berangkat umroh diremehkan oleh orang lain yang sok tahu isi hatiku. Menurutku, ia tak berhak men-judge keputusanku. Apalagi sampai menganggap aku tak mampu kalkulasi pahala.
”Pak, dalam ibadah itu, kita tidak
mencari dan menghitung-hitung pahala. Kita harusnya pikirkan syarat
suatu amalan diterima, yaitu ikhlas. Yang penting ikhlasnya pak. Pahala
mah, serahkan pada Allah saja. Bukan urusan kita. Kalau pahalanya kita
anggap besar, tapi tidak ikhlas, ya sama saja bohong.,” ujarku menyerang
balik. Kali ini aku langsung hantam saja secara frontal meski orangnya
sudah berumur. Hatiku sudah kadung panas.
Ia sempat bertanya padaku,”Emangnya apa
tujuan adek umroh? Kenapa memilih umroh?” Aku jawab,”Karena saya yakin,
umroh akan mendatangkan sesuatu yang saya tidak tahu apa itu, tapi
sesuatu yang “nampol” secara positif ke depannya.” Dalam hati aku punya
keyakinan besar akan mendapatkan “sesuatu” dari umroh. Setelah melakukan
mapping terhadap karakter pribadiku, aku termasuk tipe orang
yang mudah terinspirasi lewat visual. Aku gemar berfantasi, menantang
diri menaklukkan/ mewujudkan suatu keinginan, dan rasanya sudah lama aku
tak menantang diriku lagi. Kali ini, umroh menjadi tantanganku.” Itulah
penjelasan atas pilihan berangkat umroh. Namun tak semuanya kusampaikan
pada Pak Mongisidi.
“Yakin?” Tanya Pak Mongisidi padaku.
“Nah, itulah kebanyakan orang Indonesia.
Berangkat umroh atau haji karena “yakin” harus berangkat.” Perkataannya
itu disertai nada meremehkan, merendahkan niatku. Kesal sekali
menghadapi orang seperti itu. Ingin rasanya kita membungkam komentar
miring orang-orang seperti ini dengan bukti nyata perbuatan. Percuma
rasanya menyerang balik mereka dengan kata-kata.
Perdebatan itu berujung pada deadlock
pendapat masing-masing. Aku berpendapat, Allah punya caranya
sendiri-sendiri dalam memanggil hamba-Nya menuju tanah suci. Di masa
muda, di masa tua, saat kaya, ataupun saat kurang harta. Namun, aku juga
berpikir, jika memang Pak Mongisidi berkalkulasi pada pahala, aku juga
bisa berkalkulasi. Berangkat umroh atau haji di waktu muda, tentu badan
lebih fit dibandingkan berangkat saat tua. Umroh atau haji adalah
sepenuhnya ibadah fisik. Jika tak kuat, tentu akan jatuh sakit dan
kurang optimal. Untuk hal ini Pak Mongisidi tidak setuju. Ia mengatakan
banyak orang yang tua, tapi masih kuat haji atau umroh. Namun menurutku
lagi, ia seperti mengingkari sunatullah logikanya sendiri. Semakin tua
seseorang, kekuatan fisiknya akan semakin melemah. Sekarang, siapa yang
terbukti tak pakai kalkulasi?
Perdebatan itu aku tutup dengan interupsi
ingin shalat Ashar di awal waktu. Kami berpisah baik-baik dengan tetap
yakin pada pemikiran sendiri. Aku tak mendapatkan buku yang dicari
padanya. Ia sedang kehabisan stok.
Belakangan, aku diskusi dengan temanku.
Ia bilang, kalau wakaf itu memang pahalanya mengalir terus. Tapi, wakaf
itu tidak wajib. Sementara, di dalam Rukun Islam, haji itu hukumnya
wajib bagi yang mampu. Nah, aku pikir, pak Mongisidi yang mantan anggota
DPRD itu tergolong orang mampu. Masa anggota DPRD yang gajinya besar,
tidak mampu haji?
Tak cukup hanya hunting buku
tentang umroh dan haji, aku juga pergi ke pameran umroh dan haji di
Jakarta Convention Center (JCC). Awalnya tak yakin, akan seperti apa
bentuk pamerannya. Ternyata luar biasa. Stand para travel agent
berlimpah. Pengunjungnya pun sangat ramai. Hampir sama dengan pameran
property atau komputer di JCC pada umumnya. Suasana penuh sesak sore
itu. Aku kumpulkan semua brosur dan tawaran menarik dari bermacam travel agent.
Aku komparasikan semua harga yang paling ekonomis. Yang penting bagiku,
berangkat umroh, bukan kenyamanan fasilitas. Tapi, yang namanya
pameran, harga yang ditawarkan tak murah. Paling murah sekitar USD 1450.
Itupun biasanya sudah sold-out. Harga rata-rata yang ditawarkan ada di kisaran USD 1.600 – 1.700. Harga yang mahal untuk kocek-ku saat itu.
Ternyata, pameran haji dan umroh tak
hanya ada di Jakarta. Temanku di Surabaya bilang, di sana juga ada
pameran haji dan umroh, tepatnya di City of Towomorrow (CITO) Surabaya.
Antusiasme pengunjungnya juga tinggi. Semua tour and travel ramai-ramai
memberikan promo diskon haji dan umroh, meski jumlahnya terbatas. Aku
belum cek, tapi mungkin saja juga ada pameran serupa di kota lain.
Berikut ini tips atau pelajaran yang bisa
diambil dari pameran haji dan umroh: Anda bisa datangi acara tersebut
untuk menjadikannya sebagai referensi harga dan fasilitas yang
ditawarkan oleh travel ketika berangkat haji dan umroh. Syukur-syukur
Anda dapat harga miring. Tak jarang, di sana ada juga hadir langsung
pemilik travel. Jadi, bukan tidak mungkin, ketika negosiasi, pemiliknya
sedang baik hati dan mau memberi diskon untuk perseorangan yang
disukainya. Siapa tahu?
Satu kesimpulanku pada pameran haji dan
umroh. Ternyata orang Indonesia itu sangat cocok dijadikan objek bisnis.
Apalagi objek bisnisnya menyangkut hal-hal spiritual. Haji dan umroh
adalah salah satu yang prestisius dan diminati banyak muslim Indonesia.
Bayangkan saja, orang berebutan daftar umroh dan haji saat pameran sore
itu. Tapi, di tengah mencoloknya peminat haji dan umroh, dan rekor
jemaah Indonesia yang paling banyak saat musim haji, aku sempat heran.
Mengapa kemiskinan masih banyak di Indonesia? Bukankah haji itu intinya
adalah mengasah kesalehan pribadi dan sekaligus sosial? Bukankah kisah
inspiratif dari Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail, serta ritual tawaf,
sa’i, dan lainnya bisa diambil hikmah dari sana dan diaplikasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara?
Temanku yang juga umroh bulan Juli sempat
cerita. Muthowwif (pembimbing) umrohnya mengatakan, “Masuk kota
Madinah, pahalanya dikali 1000. Masuk kota Mekkah, pahalanya dikali
10.000. Jadi, perbanyaklah ibadah, bisa shalat sunnah, bisa berbuat
baik. Kalau kita punya niat jahat, dosanya juga dikalikan berlipat.”
Mungkin jemaah Indonesia juga Indonesia
juga memakai kalkulasi otak kiri untuk menghitung pahala. Nah, kalau
sudah pulang ke Indonesia, unsur berbuat baiknya yang biasa dilakukan di
tanah suci, sudah dilupakan, karena mungkin dianggap pahalanya tidak
seberapa. Kalau seribu di tanah suci, mungkin di tanah air dianggap
pahala kebaikannya dihitung 1 saja.
Padahal, pahala itu, bisa saja tidak
dihitung dalam dimensi otak kiri yang kalkulatif. Tapi bisa dihitung
juga dengan kalkulasi otak kanan yang tidak bisa dihitung secara
matematis. Misalnya shalat jemaah. Pahalanya kalau 1 orang berjemaah
dengan 1 orang lainnya, dihitung 27 kali lipat. Kalau shalat sendiri,
dihitung 1 kali saja.
***
Hunting harga paket umroh sudah
dilakukan. Saatnya berdoa dan berusaha, agar semua urusan dilancarkan.
Saat itu, saldo di rekeningku memang masih belum cukup untuk berangkat
umroh. Terlebih, aku harus pandai-pandai mengatur keuangan untuk
persiapan nikah. Jadi, uang nikah tak boleh diganggu gugat. Aku
mempersiapkan diri untuk mendapatkan biaya umroh entah dari mana.
Caranya? Lagi-lagi mengandalkan doa
sembari tetap berusaha. Berdoa bisa dilakukan kapan saja. Ibadah shalat
malam diperbanyak, dan shalat Dhuha tak lupa dirutinkan, sembari
menyelipkan doa minta diperluas rezeki pada Allah sang Maha Pemurah dan
Pemberi rezeki. Intinya, keyakinan pada Allah yang maha menjawab doa
hamba-Nya harus ditancapkan dalam-dalam di sanubari. Ketika masuk waktu
Dhuha, memang terasa agak sulit.
Kesibukan kerja bisa melenakan komitmen kita untuk ibadah. Kadang kita terlena, menunda, dan seterusnya. Tapi di sanalah tantangannya. Di tengah padatnya persaingan tv, aku mencoba menyempatkan diri untuk shalat Dhuha. Kadang sebelum berangkat kerja, kadang sebelum memulai kerja. Kebetulan ada mushola di samping ruangan kantor.
Kesibukan kerja bisa melenakan komitmen kita untuk ibadah. Kadang kita terlena, menunda, dan seterusnya. Tapi di sanalah tantangannya. Di tengah padatnya persaingan tv, aku mencoba menyempatkan diri untuk shalat Dhuha. Kadang sebelum berangkat kerja, kadang sebelum memulai kerja. Kebetulan ada mushola di samping ruangan kantor.
Hasilnya cukup mengejutkan. Hanya dalam
hitungan kurang dari 2 bulan, sudah ada tanda-tanda positif. Semua jalan
dibukakan. Aku sempat nekat ingin umroh backpacker. Rasanya
waktu itu semua jalan dipermudah. Kuswantoro, temanku di Jeddah,
merekomendasikan untuk menghubungi Akif, adik kelas kami di SMU Insan
Cendekia. Kata Kus, Akif adalah pengusaha muda di Mekkah. Aku coba
kontak Akif. Ia juga menyambut baik niatku. Akhirnya Akif memberiku calling visa
mengunjungi Arab Saudi melalui perusahaannya.
Alhamdulillah. Pikirku, mungkin aku bisa kontak Akif juga untuk cari penginapan murah di sana. Menurut Kuswantoro, biaya makan yang mewah di sana sekitar Rp 30 ribu. Aku coba kalkulasikan biaya penginapan, makan, transportasi, dan uang lain-lainnya. Semua dihitung detil, agar perjalanan lancar tanpa kurang apapun. Ada-ada saja jalan yang dibukakan Allah. Siapa sangka, aku dikenalkan dengan pengusaha muda seperti Akif? Dan ternyata ia adalah adik kelasku pula saat SMA, meski tak sempat bertemu.
Alhamdulillah. Pikirku, mungkin aku bisa kontak Akif juga untuk cari penginapan murah di sana. Menurut Kuswantoro, biaya makan yang mewah di sana sekitar Rp 30 ribu. Aku coba kalkulasikan biaya penginapan, makan, transportasi, dan uang lain-lainnya. Semua dihitung detil, agar perjalanan lancar tanpa kurang apapun. Ada-ada saja jalan yang dibukakan Allah. Siapa sangka, aku dikenalkan dengan pengusaha muda seperti Akif? Dan ternyata ia adalah adik kelasku pula saat SMA, meski tak sempat bertemu.
Akhirnya hari yang tak diduga-duga datang
juga. Ketekunan, kekuatan tekad, dan kesungguhan doa, berbuah hasil.
Tempat kerjaku menjalankan sistem insentif baru. Kata direktur di akhir
2010 dulu, jangan berharap banyak pada insentif baru ini. Anggap saja
insentif ini sebagai uang untuk beli “gorengan”.
Namun Allah punya kuasa. “Gorengan” itu muncul di saat yang tepat, di saat keinginanku untuk umroh begitu menggebu-gebu. Tiba-tiba saja, “gorenganku” itu jumlahnya mengejutkan hati, dan juga membuat yakin akan kuasa Allah itu nyata jika kita rajin meminta pada-Nya sembari berusaha. Berbekal “gorengan” itu, aku bisa membiayai umroh pertamaku. Jumlahnya lebih dari biaya yang dibutuhkan. Aku senang bukan kepalang. Terima kasih Allah. Benar-benar terima kasih atas jawaban doa hamba-Mu.
Namun Allah punya kuasa. “Gorengan” itu muncul di saat yang tepat, di saat keinginanku untuk umroh begitu menggebu-gebu. Tiba-tiba saja, “gorenganku” itu jumlahnya mengejutkan hati, dan juga membuat yakin akan kuasa Allah itu nyata jika kita rajin meminta pada-Nya sembari berusaha. Berbekal “gorengan” itu, aku bisa membiayai umroh pertamaku. Jumlahnya lebih dari biaya yang dibutuhkan. Aku senang bukan kepalang. Terima kasih Allah. Benar-benar terima kasih atas jawaban doa hamba-Mu.
***
Tekadku untuk umroh backpacker makin
kuat. Aku membuat list apa yang harus dilakukan sebagai persiapan.
Salah satunya adalah menyiapkan passport. Kebetulan, aku sudah pernah
membuat passport di Riau. Jadi tak perlu lagi repot mengeluarkan uang.
Namun, ada ganjalan. Kalau kita ke negeri Arab Saudi, mereka memberi
syarat wajib nama yang tertulis di passport terdiri dari 3 suku kata.
Waduh, namaku kan Adlil Umarat cuma ada 2 suku kata. Terpaksalah aku
cari info bagaimana menambahkan satu lagi suku kata. Ada-ada saja nih
kebijakan di Arab. Aku tanya ke om google. Ternyata, ada bermacam
variasi info. Namun umumnya mengatakan bahwa penambahan suku kata pada
nama bisa dilakukan dimana saja. Alhamdulillah aku jadi semangat. Meski
passportku Riau, tapi mungkin bisa diurus di sini, Jakarta.
Dengan semangat ’45, aku datang ke kantor
imigrasi Jakarta Selatan. Meski membuat passport di Riau, tapi dengar
kabar pengurusan penambahan tiga suku kata itu bisa dilakukan dimana
saja. Aku tanya syarat-syaratnya apa saja. Semua dokumen yang dibutuhkan
sudah disiapkan. Saat itu, map khusus dari koperasi kantor keimigrasian
berikut materai sudah dibeli. Formulir penambahan nama sudah aku isi
dan segera aku tanda tangani di bagian bawahnya berikut tempelan
materai. Namaku menjadi Adlil Umarat bin Asril. Nama belakang itu adalah
nama ayahku. Tapi, begitu sampai di depan petugas, aku hanya bisa
bengong mendengar jawaban darinya. “Pak, ini saya mau menambahkan suku
kata pada nama,” begitu ucapku sambil menyodorkan semua dokumen yang
dibutuhkan. Petugas itu hanya diam saja sambil mengambil berkasku. Ia
tampak tak bersemangat. Benar saja, begitu ia tahu passportku dari Riau
ia bilang, “Mas, ini harus diurus di tempat passportnya terbit” Aku
hanya bisa pasrah. Berdebat dengannya tak ada gunanya. Aku sempat tanya,
bukankah kebijakannya bisa diurus di kantor imigrasi mana saja. Ia
tetap ngotot menyatakan tak bisa. Aku lemes. Terpaksalah aku akan
mengurusnya di Riau, menitip lewat abangku.
Awalnya memang pasrah untuk mengurus
penambahan suku kata pada namaku. Tapi aku iseng, bertanya pada beberapa
travel agent umroh dan haji. Ternyata mereka mengatakan bisa
mengurusnya di Jakarta, meski passportku bukan keluaran Jakarta. Aku
bingung dibuatnya. Di Indonesia, tak ada yang pasti. Entah itu jalur
siluman atau tidak. Aku tak tahu. Sayangnya aku tak punya teman di
keimigrasian. Jika punya, tentu bisa bertanya tentang bagaimana
kebijakan yang sebenarnya. Aku tanyakan ke sebuah travel agent di
kawasan Mampang Prapatan. Mereka bilang bisa mengurusnya dengan biaya Rp
150.000. Dari hasil pencarianku di internet, harga tersebut adalah
harga standar yang paling ekonomis. Ada juga aku temukan travel agent
yang minta Rp 250.000. Belakangan aku putuskan akhirnya mengurusnya
lewat jasa travel agent, daripada mengurusnya di Riau. Memakan waktu
lebih lama dan dana yang lebih besar.
Belakangan saat aku umroh, ada pengalaman
menarik yang diceritakan jemaah lain. Terkait mengurus penambahan suku
kata pada nama itu, ada temannya yang tidak mengeluarkan uang
sepeserpun. Harusnya ia mengeluarkan biaya tertentu. Tapi begitu ia
minta nota/bon ke petugasnya agar bisa diganti kantornya (reimbursment),
si petugas tak bisa memberikan nota yang diminta. Akhirnya ia tak perlu
bayar alias gratis. Mungkin cara ini bisa Anda coba di kantor imigrasi.
Jangan-jangan memang tidak perlu kena biaya. Siapa tahu? Perlu
penyelidikan lebih lanjut. Investigasi mendalam, apakah memang bayar
atau tidak. Kalau tidak bayar, berarti ini penyelewengan. Kalau memang
ada kebijakannya, ya berarti memang legal. Menarik untuk diselidiki.
Siapa yang mau selidiki dan menuliskannya?
Kembali ke laptop….
Uang sudah ada, calling visa sudah di tangan, sekarang tinggal booking penerbangan dan urus visa di Kedubes Arab Saudi. Akhirnya aku datangi Maskapai Saudi Arabian dan ingin booking tiket. Beberapa bulan sebelumnya memang aku lihat di internet harga tiket sekitar USD 700-an sudah PP. Tapi, karena calling visa-nya keluar agak telat dan mepet, akhirnya aku kena imbasnya. Tiket pesawat harganya saat itu melonjak jadi USD 1.000-an.
Aku datangi Kedubes Arab Saudi dan Enjaz. Aku catat semua syarat-syaratnya. Ternyata harganya murah. Untuk calling visa
ziarah bisnis (60 hari), kita cukup membayar USD 50 untuk mengurusnya
di Kedubes Arab Saudi. Namun, ada satu syarat yang mengganja langkahku.
Ada satu surat yang harus diurus ke Departemen Perindustrian dan harus
meminta surat pengantar dari perusahaan tempat kita bekerja di
Indonesia.
Wah, ini aku pikir agak ribet. Aku tak punya waktu untuk izin mengurus hal itu. Kerjaanku tidak bisa ditinggal. Harga tiket pesawatnya juga sudah mahal. Aku telat booking. Apes! Pelajaran berharga, jika ingin bepergian ke umroh berikutnya dengan cara backpacker, harus pesan tiket jauh-jauh hari. Setelah melalui pertimbangan dalam waktu singkat, aku putuskan tidak jadi berangkat umroh ala backpacker. Aku alihkan pilihan umroh memakai jasa travel agent. Toh harganya tidak terlalu jauh beda jika dikalkulasi.
Wah, ini aku pikir agak ribet. Aku tak punya waktu untuk izin mengurus hal itu. Kerjaanku tidak bisa ditinggal. Harga tiket pesawatnya juga sudah mahal. Aku telat booking. Apes! Pelajaran berharga, jika ingin bepergian ke umroh berikutnya dengan cara backpacker, harus pesan tiket jauh-jauh hari. Setelah melalui pertimbangan dalam waktu singkat, aku putuskan tidak jadi berangkat umroh ala backpacker. Aku alihkan pilihan umroh memakai jasa travel agent. Toh harganya tidak terlalu jauh beda jika dikalkulasi.
Aku alihkan rencana dalam hitungan jam. Aku segera hunting travel agent
umroh yang paling ekonomis. Aku cari di Koran dan internet. Hasilnya
aku temukan yang paling murah USD 1350. Nama agen travelnya Cahaya Redup
(Bukan nama sebenarnya). Aku coba telpon dan pelajari tawaran mereka.
Kebetulan kantornya dekat dengan kantorku. Jadi merasa seperti
dimudahkan saja oleh Allah.
Aku beberapa kali datang ke travel agent
tersebut untuk memastikan benar harganya adalah yang paling murah
dengan fasilitas yang tak kalah bagus. Hal-hal yang perlu diperhatikan
ketika mengkomparasikan harga paket umroh diantaranya: Tiket pesawat PP
(CGK-JED-CGK), Akomodasi Hotel, Transportasi, Guide dan Pembimbing,
Paket Berapa Hari? 9 atau 11?, Komposisi Mekkah-Madinah, Harga, Buku Doa
& Panduan, Seragam, Sabuk, Ihram, Koper, Hand bag, Tanda pengenal,
Air Zam Zam, Kelebihan Timbangan, Handling & Airport Tax, Manasik,
Visa Umroh, Katering, dan lain-lain.
Harga hotel di Mekkah tentu lebih mahal
dari Madinah. Untuk pesawat, pilih yang pesawat dengan pelayanan
terbaik. Emirates dan Ettihad adalah kelas utama. Sisanya kelas so-so.
Saat itu aku dijanjikan Emirates. Namun karena ada kendala pada visa
umroh, akhirnya batal dan diganti Royal Brunei. Kalau bisa, Anda harus
memilih travel yang lebih banyak menginap di Mekkah daripada Madinah,
karena inti dari Umroh ada di Mekkah. Pastikan juga makanan Indonesianya
enak.
Pastikan juga semua fasilitas yang diberikan cukup bagus dan banyak. Pastikan juga hotelnya ternama. Anda bisa cek di internet. Biasanya Anda akan ditawari apakah mengambil yang 1 kamar berdua atau 1 kamar berempat. Tergantung budget dan karakter Anda. Jika ingin kenyamanan sendiri, bisa pilih yang satu kamar 2 orang. Harganya tentu lebih mahal. Jika ingin banyak dapat kawan baru, dengan cerita beragam, bisa pilih 1 kamar berempat. Hampir semua kamar hotel di Mekkah dan Madinah diset seperti ini.
Pastikan juga semua fasilitas yang diberikan cukup bagus dan banyak. Pastikan juga hotelnya ternama. Anda bisa cek di internet. Biasanya Anda akan ditawari apakah mengambil yang 1 kamar berdua atau 1 kamar berempat. Tergantung budget dan karakter Anda. Jika ingin kenyamanan sendiri, bisa pilih yang satu kamar 2 orang. Harganya tentu lebih mahal. Jika ingin banyak dapat kawan baru, dengan cerita beragam, bisa pilih 1 kamar berempat. Hampir semua kamar hotel di Mekkah dan Madinah diset seperti ini.
Minta dikirim via email booklet
promo travel, lalu pelajari. Jangan terjebak harga murah saja. Ingat
fasilitas yang diterima. Nama hotel bisa dibandingkan. Fasilitas lain,
bisa cek pengalaman jemaah yang telah ikut travel tersebut sebelumnya.
Pada umumnya, bisnis travel adalah bisnis kepercayaan. Jadi, testimoni
mantan pengguna jasa travel adalah penilaian terbaik yang bisa dipakai
sebagai acuan. Bandingkan pengumuman fasilitas di booklet. Ingat juga, jangan sampai terjebak deal
terkait harga.
Biasanya Anda akan ditaruh di kamar berdua, dengan harga lebih mahal dengan alasan akan dikembalikan uang jika mendapat sekamar berempat. Jangan mau. Jika budget Anda terbatas, langsung pilih kamar berempat. Selisihnya bisa sampai USD 100. Lumayan banget kan?
Biasanya Anda akan ditaruh di kamar berdua, dengan harga lebih mahal dengan alasan akan dikembalikan uang jika mendapat sekamar berempat. Jangan mau. Jika budget Anda terbatas, langsung pilih kamar berempat. Selisihnya bisa sampai USD 100. Lumayan banget kan?
Nah, berikut mari cek list yang saya coba
rangkum agar memudahkan teman-teman yang punya niat berangkat umroh
memperhitungkan item-item penting sebagai persiapan.
Items | Keterangan | Hrg USD 1350 | Hrg USD 1850 (versi lain) |
Tiket pesawat PP (CGK-JED-CGK) | Pilih jenis pesawat yang nyaman. Saudi Arabian, Royal Brunei, Lion Air, Batavia, Garuda Indonesia, Qatar Airways, Emirates, Ettihad. Kalau bisa, tanya mana airline yang paling nyaman. Biasanya Ettihad, Emirates, Royal Brunei fasilitas dan pelayanan ok. Sisanya masih di bawah itu. | Brunei Royal PP (sangat nyaman, ada tv, musik, dan makanan ok) | CGK-JED Saudi Arabian; JED-CGK Lion Air (Saudi Arabian tidak ada tv di depan tempat duduk) |
Akomodasi Hotel | Pihak travel kerap memainkan opsi hotel. Hotelnya bisa jadi beda antara yang dipublikasikan dengan yang ditempati di sana. Alasan bisa macam-macam. Bisa karena diserobot orang/ rombongan lain, dll. Nyamankah? Tanya fasilitas bintang berapa, 1 kamar apakah 1 toilet? Berapa komposisi per kamarnya? Berapa harganya? Harga hotel di Mekkah lebih mahal daripada di Madinah. | Ar-Raudhoh (Madinah), Al-Yarmouk (Mekkah). | Al-Andalus Al-Khoir (Madinah), Assalam An-An-Nakheel (Mekkah) |
Transportasi | Bus AC, kursinya bagus atau tidak? Supirnya baik atau tidak? Nyetirnya bagus atau tidak? Ada lagi supir yang tidak mau ke percetakan Al-quran karena dia minta tambahan uang. | Busnya AC. Biasanya rada-rada telat. Di dalam bus dibagikan roti dan air mineral | Busnya AC. Biasanya rada-rada telat. Di dalam bus dibagikan roti dan air mineral |
Guide dan Pembimbing | Pastikan orang yang kompeten, berpengalaman, mengayomi, dewasa, mengerti tata cara umroh/ haji. Kalau bisa, pilih yang S2/ S3 (mahasiswa). Jangan yang bukan mahasiswa, apalagi pembimbing gadungan. | Dapatnya muthowwif ilegal. Belajar agama seadanya, belum teruji, tidak kompeten. Kalau ada pemeriksaan, dia ngumpet di belakang bus. | Mahasiswa S3 di Madinah. Masih muda, tipe pembelajar, bukan Islam ekstrim, memberikan penjelasan logis, bisa diskusi dengan berilmu. Dapat 2 muthowwif: 1 dari Indonesia, 1 lagi ketemu di sana. |
Paket Berapa Hari? 9 atau 11? | Bedakan harganya, dan bandingkan jumlah harinya. Apakah ada transit di negara tertentu atau tidak? Apakah ada nginap di negara tertentu atau tidak? | Paket 11 Hari, menginap semalam di Brunei Darussalam | Paket 11 Hari, menginap di Hotel Borobudur karena ada delay dari Saudi Arabian |
Komposisi Mekkah-Madinah | Lebih baik lama di Mekkah daripada di Madinah. Karena lebih punya peluang banyak beribadah umroh berkali-kali. | 5 hr Madinah, 4 Mekkah | - |
Harga | Apakah pakai USD atau Rupiah? Kalau pakai USD, dan Rupiah sedang menguat, ini akan sangat menguntungkan. | USD 1350 | USD 1850 |
Buku Doa & Panduan | Buku doa biasnaya kecil, dikalungkan, ringkas, diberi tali | dapat | dapat |
Baju Koko/ Jubah Hitam/ Seragam Batik | Seragam ini untuk membuat mudah dikenali dari jauh ketika ada di Madinah/ Mekkah | Tidak dapat. Hanya dapat bahan baju batik untuk dibuat seragam. | Dapat |
Sabuk | Pengaman ihram | Tidak dapat | Dapat |
Ihram | Kain ihram | Dapat ihram untuk laki-laki. Untuk perempuan dapat 1 mukena | Ihram untuk lelaki, mukena atasan 1, jilbab 1, baju hitam 1 untuk perempuan. |
Koper | Dapat trolley besar untuk bawa baju | ||
Tanda pengenal | Gratis, dikalungkan, bahan spt ATM Card | Dapat | Dapat |
Hand Bag | Untuk bawa passport, dokumen, dll | Harusnya dapat, tapi saya tidak diberi. | Dapat 3: tas passport, tas untuk mukena, sandal |
Air Zam Zam | Gratis tiap orang dapat jatah 10 liter | gratis | gratis |
Kelebihan Timbangan | Dibayar sendiri | ||
Surat Mahram | Surat bagi perempuan yang berangkat tidak bersama mahramnya (dititipkan) | Terpisah, nambah beberapa ratus ribu | Sudah termasuk |
DAM (Denda) | Bayar sendiri ke muthowwif | Bayar pribadi | Bayar pribadi |
Pengeluaran Pribadi | Telpon, Laundy, Oleh-oleh | Bayar pribadi | Bayar pribadi |
Handling & Airport Tax | Dibayar terpisah | Rp 600.000 | Rp 600.000 |
Manasik | Penjelasan tentang umroh/ haji oleh Ustadz. Biasanya mengambil tempat di hotel atau di tempat makan tertentu | Ada, tapi saya tidak diikutsertakan. Miss komunikasi. | Ada |
Visa Umroh | Visa Umroh dikeluarkan oleh Kedubes Arab Saudi di Indonesia | Sudah termasuk biaya dibayarkan | Sudah termasuk biaya dibayarkan |
Katering | Seberapa cocok menunya dengan lidah kita? Apakah masakan Indonesia atau tidak? Biasanya makanan Indonesia sudah sangat membumi. Tanyakan apa saja contoh komposisi makanannya | Lebih enak di Mekkah daripada di Madinah | - |
Vaksinasi Meningitis Penting Tanpa Calo
Setiap jemaah yang akan berangkat umroh
atau haji pasti dimintai syarat agar sudah punya kartu vaksinasi
meningitis. Aku coba cari info soal sakit meningitis. Ternyata, sakit
yang menyerang otak itu virusnya banyak tersebar di negara Arab yang
berkarakter gurun. Dampak dari penyakit itu pun aku pelajari. Menurutku,
dampaknya cukup berbahaya bagi kesehatan seseorang. Nah, untuk itu aku
sarankan, Anda harus ambil vaksinasi meningitis sebagai langkah aman.
Kalau di Jakarta, ada empat tempat utama: RS Fatmawati, Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Soekarno-Hatta, dan Pelabuhan Tanjung Priok. Kalau di RS Fatmawati, harganya sedikit lebih mahal saat itu. Sekitar Rp 400 ribuan. Sementara di tempat lainnya relatif lebih murah, seharga Rp 280 ribu. Aku memilih suntik di Soekarno-Hatta karena dekat dengan tempat kerjaku. Tinggal naik bus Damri Rp 20 ribu, lalu turun di kantor pos depan Bandara. Nah, tempat suntiknya ada di samping kantor pos itu. Gampang dicari kok. Tinggal tanya saja ke petugas keamanan dimana letak kantor pos di sana.
Kalau di Jakarta, ada empat tempat utama: RS Fatmawati, Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Soekarno-Hatta, dan Pelabuhan Tanjung Priok. Kalau di RS Fatmawati, harganya sedikit lebih mahal saat itu. Sekitar Rp 400 ribuan. Sementara di tempat lainnya relatif lebih murah, seharga Rp 280 ribu. Aku memilih suntik di Soekarno-Hatta karena dekat dengan tempat kerjaku. Tinggal naik bus Damri Rp 20 ribu, lalu turun di kantor pos depan Bandara. Nah, tempat suntiknya ada di samping kantor pos itu. Gampang dicari kok. Tinggal tanya saja ke petugas keamanan dimana letak kantor pos di sana.
Setiap jemaah wajib menjalani suntik
vaksin meningitis yang dibuktikan dengan buku kuning. Buku tersebut
adalah syarat untuk mendapatkan visa umrah. Suntik vaksin dan buku
kuning dapat diperoleh pada hari kerja Senin s/d Jumat di :
- KKP Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Telp.5502277, 5506068
- KKP Bandara Halim Perdana Kusuma, Telp. 8000166
- KKP Pelabuhan Tanjungpriok, Telp. 43931045 – 4373266, Fax: (62-21) 4373265
- KKP Pelabuhan Merak, Telp. 0254-571083
- RS Fatmawati Jaksel, Centra Haji dan Umrah Lt. Dasar, Telp. 7501524 ext.1639
- Garuda Sentra Medika, Kemayoran, Telp. 4241000, 99080383
Sebagai catatan, travel agent
akan menawarkan bantuan apakah ingin dibuatkan surat vaksinasi
Meningitis atau tidak. Biayanya sekitar Rp 300 ribu, namun tanpa suntik
dan hanya diberi kartunya saja. Ini bagian dari praktek calo kesehatan.
Ternyata, travel agent banyak yang bekerjasama untuk kasus pemenuhan
kebutuhan syarat berangkat umroh ini. Bayangkan, jika tiap jemaah
ditarik uang sekitar Rp 300 ribu, tanpa suntik, hanya bermodalkan kertas
print yang ada. Berapa keuntungan yang didapat masing-masing pihak,
baik calo kesehatan, maupun travel agent?
Aku pribadi lebih memilih melakukan
vaksinasi Meningitis sendiri. Biayanya lebih murah, hanya Rp 280 ribu.
Jangan mau menerima tawaran travel untuk dapat kartu vaksinasi tanpa
suntik. Aku sendiri tak mau ambil resiko terkena Meningitis di Arab
Saudi. Lebih baik hilang uang ratusan ribu, daripada terkena penyakit
Meningitis yang menyerang selaput otak manusia. Pertaruhan yang beresiko
tinggi.
Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah
proses jelang berangkat umroh berjalan mulus? Apa saja cobaan yang akan
dihadapi tepat sebelum berangkat? Nantikan ceritanya di tulisan Umroh
Dari Warung Padang part 3…..
Sumber: http://umarat.wordpress.com/2011/10/02/umroh-dari-warung-padang-part-2-rencana-persiapan/
Sumber: http://umarat.wordpress.com/2011/10/02/umroh-dari-warung-padang-part-2-rencana-persiapan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar