Minggu, 26 Mei 2013

Kisah Umroh - Umarat's Part 1

Umroh Dari Warung Padang Part 1

“Kalau sudah ada niat umroh atau haji, jangan bilang ga ada uang. Jaga niat itu. Nanti Allah yang ngatur uangnya datang dari mana.”
Muka Letih Muka Pasrah Tapi Bahagia Menatap Kabah

Nasehat itu keluar dari mulut seorang ibu pemilik warung Padang di dekat kos-ku di penghujung tahun 2010 lalu. Ibu itu sedang bercakap-cakap dengan pemuda berumur 30 tahunan yang sedang curhat tentang keinginannya untuk umroh dan haji. Namun, si pemuda yang sudah menikah dan punya 1 anak itu, punya kendala finansial. Ia hanya karyawan biasa di pabrik dengan gaji kecil. Ia sempat menyebutkan nominalnya. Karena posisi dudukku menghadap tv sambil baca koran, dan percakapan antara ibu dan pemuda tadi ada di depanku, maka tak sengaja mendengar isi percakapannya. Akhirnya si ibu mengajarkan bagaimana tips mengelola cash flow keuangan keluarga, tentunya dengan hitungan Padang yang konon terkenal jeli-teliti. “Berapa gaji kamu?…pengeluaran buat apa aja…..ini bisa dihemat…itu bisa disimpan…bla bla bla…,” bimbing si ibu warung Padang.

Sepulang dari makan siang, aku seperti terhipnotis. Kalimat “Kalau sudah ada niat berangkat umroh atau haji” selalu tertancap dalam top of mind-ku. “Mengapa orang berpenghasilan kecil, tapi ia kepikiran untuk berangkat umroh atau haji? Kenapa aku yang berpenghasilan lebih beruntung dari dia, tak punya (hasrat) itu? Apa menariknya umroh atau haji di saat muda?” tanyaku pada diri sendiri. Maklum, teman-temanku biasanya kepikiran liburan ke Hongkong, Singapura, Thailand, dan negara-negara lain yang terkenal modern dan indah.

Karena penasaran, aku chatting dengan temanku di Arab Saudi, namanya Kuswantoro. Sahabatku saat di SMA Insan Cendekia itu menerima beasiswa dari King Abdul Aziz University-Jeddah, beberapa bulan sebelumnya. Ia gembira mendengar rasa penasaranku berniat umroh. Ia mendukung sepenuhnya untuk merealisasikannya. Walhasil, kesimpulan dari chatting itu, aku bertekad akan umroh backpacker. Selagi muda, selagi sempat, selagi bergelora, kenapa tak coba? Itu teknik menantang diri sendiri.

Aku segera mempersiapkan diri. Mulailah belajar lagi tentang umroh dan haji. Mulai juga beli segala macam buku umroh dan haji. Hunting buku online, ke pasar buku murah, hingga meminjam buku teman, kujalani. Tak hanya itu, aku juga hadiri pameran haji dan umroh di Jakarta Convention Center (JCC). Pameran yang sangat ramai dihadiri masyarakat saat itu. Tujuan ke sana hanya satu, ingin mengetahui berapa perkiraan biayanya. Jujur saja, saat itu, uang belum cukup untuk berangkat umroh. Tabungan masih terbatas. Apalagi, aku juga harus pintar kelola uang, persiapan diri untuk menikah.

Sembari belajar ilmu umroh dan haji, aku jalani juga ibadah shalat malam dan shalat Dhuha. Aku percaya, pasti ada keajaiban datang ketika kita meminta langsung kepada pemilik alam. Doa yang paling sering dipinta adalah mohon dibukakan pintu rezeki agar bisa segera berangkat umroh. Kadang hal ini berat aku jalani. Maklum, kerja di tv bisa tanpa jeda. Tapi, di sinilah diuji kesungguhan kita. Misalnya komitmen kuat untuk shalat Dhuha di tengah kesibukan kerja, adalah sebuah tantangan luar biasa. Maka dari itu, biasanya sebelum berangkat kerja, aku sholat Dhuha dulu biar ritme kerja tetap lancar.

Tak butuh waktu lama, doaku terjawab. Sebenarnya tak disangka. Awal tahun 2011, ada sistem insentif baru di tempat kerja. Sejumlah uang yang cukup dipakai buat umroh sudah tersedia di rekeningku tanpa disangka-sangka. “Allah itu baik ya,” begitu ucapku dalam hati. Awalnya memang aku ingin umroh backpacker. Akif Fadli, pengusaha muda di Mekkah yang juga adik kelasku di SMA Insan Cendekia, bahkan telah mengirimkan calling visa dari perusahaannya agar aku bisa umroh backpacker. Aku bahkan sudah datang ke kedutaan Arab Saudi untuk mengurusnya. Namun, karena hingga detik-detik akhir aku tak menemukan tiket pesawat yang murah, akhirnya banting stir menggunakan jasa travel. Maka dicarilah harga paket umroh termurah karena niatku adalah ibadah, bukan menikmati fasilitas yang nyaman.

Bakti Anak Pada Ibu, pasangkan kaos kaki pasca Ibu dari WC

Ternyata, umroh itu luar biasa. Pengalaman spiritual saat umroh bisa dirasakan tiap detiknya. Mulai dari berangkat, saat ambil niat dari miqot, tawaf, sa’i, dan tahallul, semua ada cerita menarik di baliknya. Allah akan mengabulkan apa yang kita pikirkan saat itu, detik itu juga. Suatu ketika, aku terlepas dari rombongan saat tawaf pertama kali. Kami baru datang dari Madinah dan langsung umroh jam 10 malam. Kondisi badan masih belum fit betul setelah menempuh perjalanan 6 jam. Aku juga masih terkagum-kagum melihat Ka’bah. Ketika mendekat ke Ka’bah, aku melihat ada orang berantem, teriak-teriak. Agaknya karena rebutan mencium hajar aswad. Aku terlena. Lupa bahwa tawaf itu isinya berdoa, bukan memperhatikan orang lain. Begitu noleh ke kanan, rombonganku sudah tak ada. Aku terlepas dari rombongan dan sedikit panik bin cemas. Kunci kamar dibawa ketua rombongan. Aku tak tahu nomor telpon jemaah lain, tak tahu di rak nomor berapa tadi menaruh sandal, dan belum hapal rute menuju hotel. Alamak, bagaimana ini?

Di tengah kepanikan, aku berdo’a agar diberikan kepercayaan diri untuk menjalani ritual selanjutnya sendiri. Akhirnya kuberanikan diri bertanya pada petugas (askar) tentang dimana tempat sa’i. Ia memberi petunjuk dalam bahasa Arab. Alhamdulillah cukup mudah kupahami karena dulu sempat belajar bahasa Arab di Assalam-Solo. Aku jalani sa’i sendiri. Di tengah sa’i, aku berdoa lagi pada Allah, agar dipertemukan dengan rombonganku lagi. Doa yang dipanjatkan sudah sangat sungguh-sungguh dari dalam lubuk hati paling dalam. Begitu membuka mata, menoleh ke kiri, aku lihat, ternyata rombongan umrohku sudah ada di sebelahku. Subhanallah. Detik itu juga, dalam kedipan mata doaku dijawab Allah. “Allah itu baik ya,” mungkin kata itu yang paling sering aku ucapkan di tanah suci. Cerita terlepas dari rombongan itu hanya bagian kecil dari sekian banyak cerita seru lainnya.
Sekali datang, pengen lagi lagi dan lagi

Aku melakukan umroh kedua dengan mengambil miqat lagi. Kali ini sendiri saja karena sudah mengatahui medannya. Alhamdulillah semuanya lancar jaya. Aku bahkan bisa berdoa di multazam, tempat paling mustajab untuk berdoa se-antero dunia. Dengan tubuh yang kecil, aku bisa menyelip lebih cepat diantara badan orang Arab dan Afrika yang tinggi besar. Tak lama, tiba-tiba saja multazam sudah di depan mata, dan aku berdoa di sana. Banyak sekali yang aku minta. Semoga Allah berkenan mengabulkannya dalam waktu yang tak terlalu lama. Doa tentang karir, jodoh, rezeki, maut, keluarga, kesehatan, dan semua hal, aku adukan kepada Rabb yang Maha Pemurah.
Ditraktir oleh teman baru dari Niger dan Suriah
"KFC" orang Arab porsinya sangat banyak. Ndak kuku....
Ditraktir Ngopi di Pelataran Masjid Nabawi

Pengalaman umroh perdana ini memang sangat luar biasa. Aku bertemu mahasiswa asal Niger, diajak jalan, diskusi, jalan ke pameran buku, ditraktir ngopi, makan di tempat enak. Di sana juga aku nambah teman beberapa mahasiswa Indonesia. Akif, temanku yang pengusaha, mentraktirku makan di restoran Indonesia. Makanan Indonesia memang terkenal mahal di sana karena bumbunya maknyus. Aku juga nginap semalam di apartemen Akif. Paginya, kami sarapan susu unta. Lezat! Aku juga bertemu teman Arab yang bertitel hafidz (penghapal Al-quran) yang memaksaku mampu menghapal surat Ar-Rahman dalam beberapa jam saja. 

Pernah juga bertemu dan diskusi dengan personel angkatan udara Pakistan dan ketika berpisah, ia memelukku erat lalu memberikan no telponnya, mengajakku mampir ke Pakistan suatu saat nanti dan ia memberikan makanan khas Pakistan. Aku merasa diperlakukan seperti sudah saudara kandung. Senang-senang-senang sekali. Memang, ada juga kisah menegangkan, miris, kisah sedih, kisah mencekam. Cerita lengkapnya mungkin lebih nikmat dibaca dalam bentuk buku. Semoga bisa terwujud, jika nanti ada penerbit yang tertarik dengan kisah petualangan umrohku.
Sarapan di apartemen Akif
Makan Nasi Lemak Basamo
Buka Puasa Bersama di Masjidil Haram dengan kurna, susu, dan lain-lain

Tgl 21 November 2010 aku berniat umroh, sepulang makan siang dari sebuah warung Padang. Aku masih simpan hasil chat dengan temanku Kuswantoro. Tgl 30 Maret 2011 aku sudah bisa berangkat umroh, dari sistem insentif baru RCTI yang datang tak terduga. Allah memang punya caranya sendiri memanggil hamba-Nya, meski pada saat makan di warung Padang. Sering saat i’tikaf di masjid Nabawi dan Masjidil Haram, aku merenung, tercengang, “Kok bisa ya segampang ini berangkat umroh? Baru beberapa bulan bertekad, lalu sudah dikabulkan, Allah membukakan pintu rezeki, menghantarkanku hadir di rumah-Nya.” Sejak saat itu, aku meyakini frase berikut ini. “Bermimpilah, Maka Tuhan Akan Memeluk Mimpi Mimpimu…” Kejutan tak sampai di sana. Sepulang umroh, aku dapat bonus tahunan dari kantor. Jumlahnya? Mengezuuuutkan! Alhamdulillah. Puji syukur pada Allah.

Berminat coba pergi umroh atau haji? Modalnya mudah saja, kuatkan niat-tekad, keraskan usaha, dan tunggu keajaiban dari-Nya.
Kata orang mirip Lex Luthor (Sehabis Tahallul)

Follow me on twitter: @pukul5pagi, akan diinfokan jika ada tulisan terbaru yang dirilis di http://www.umarat.wordpress.com. Dapatkan hadiah mengejutkan bagi pemberi komentar yang beruntung di tiap tulisan yang dirilis di blog ini.

Jika Anda melihat manfaat dari tulisan-tulisan di blog ini, sudi beritahu rekan sejawat, kolega, kakak, adik, orangtua, handai tauland. Namun jika ada kritikan, sila sampaikan ke saya ke: umarat.adlil@gmai.com

Sumber:  http://umarat.wordpress.com/2011/09/07/umroh-dari-warung-padang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar